Sabtu, 21 Mei 2011

Komentar Artikel IPS



Jeffrey Lim
Taipei, Minggu, 4 Februari 2007
http://el-en.org/articles/71-ipa-lebih-tinggi-daripada-ips-benarkah-itu-.html

Di sekolah-sekolah Indonesia pada tahun 1990-an, bagian dari bidang studi dibagi menjadi IPA dan IPS. IPA adalah Ilmu Pengetahuan Alam atau Natural Science. IPS adalah Ilmu Pengetahuan Sosial atau Sosial Science. Pada saat itu kita semua mendapatkan kesan dari opini publik bahwa IPA lebih tinggi daripada IPS. Seorang siswa akan bangga bila masuk IPA karena masuk kelas pilihan yang lebih sulit, sedangkan seorang siswa akan merasa malu kalau masuk IPS karena termasuk anak-anak yang kesannya malas, bodoh dan suka hura-hura. Inilah kesan yang didapat dari sekolah pada masa itu. IPA itu tidak banyak hafalan dan hanya pakai logika sedangkan IPS banyak hafalan dan harus mengingat banyak teori. Bagi orang IPS, tidak apa-apa tidak mengerti teorinya sebab di Indonesia yang penting adalah menghafal saja. Pendidikan di Indonesia, seseorang terdidik untuk menghafal banyak hal termasuk hal-hal yang tidak perlu. Opini publik pada saat itu adalah bila seseorang masuk IPA maka prospek kehidupannya lebih cerah. Bila masuk IPS, akan suram. Yang termasuk di dalam jurusan IPA adalah teknik, komputer, matematika, biologi, fisika, kedokteran, dan lain-lain. Sedangkan yang termasuk di dalam jurusan IPS adalah sastra, sosiologi, filsafat, hukum, bahasa, seni, dan lain-lain. Di Indonesia, siswa IPA bisa masuk IPS tetapi yang IPS tidak bisa masuk IPA.
Tetapi bila kita renungkan lebih dalam, apakah IPA itu benar-benar lebih tinggi daripada IPS? Benarkah IPA lebih sukses daripada IPS? Tujuan artikel ini bukan untuk membandingkan mana yang lebih tinggi antara IPA dan IPS sebab semua ilmu berasal dari yang Mahakuasa dan sama baik. IPA sama baik dengan IPS. Kemudian pembagian IPA dan IPS juga sebenarnya membagi wilayah ilmu pengetahuan menjadi dua wilayah yang terpisah. Sebenarnya ilmu pengetahuan adalah integrasi menjadi satu kebenaran yang utuh. Tujuan artikel ini adalah membahas kesalahan di masa lalu yang menganggap IPA lebih unggul dan untuk menjelaskan pentingnya IPS di zaman sekarang ini. Akan dijelaskan juga bahwa kebenaran itu utuh, sehingga ilmu pengetahuan jangan dibagi ekstrim menjadi dua wilayah dimana kedua-duanya terpisah secara mutlak. Tidak ada yang lebih tinggi atau rendah.  Baik IPA maupun IPS, semuanya adalah baik dan suci adanya.
Pertama-tama, darimana datangnya opini bahwa IPA itu lebih unggul ? Saya berpendapat adalah karena secara umum memang IPA itu membutuhkan logika yang kuat karena bergerak di bidang teknik dan karena itu kebanyakan orang yang mempunyai IQ serta kemampuan matematika sebagian besar masuk IPA. Sebenarnya IPS juga membutuhkan logika. IPS seperti filsafat yang membutuhkan logika bahkan mempengaruhi IPA. Tetapi opini publik yaitu siswa yang masuk IPA adalah yang mempunyai IQ tinggi. Kemudian mengapa IPS dianggap jurusan yang lebih rendah ? Saya berpendapat, karena sebagian besar orang-orang yang masuk IPS lebih suka bergaul dan bersosialisasi. Mereka cenderung suka bermain. Suka bergaul mempunyai efek, yaitu dapat terpengaruh lingkungan sehingga kelihatannya anak-anak IPS itu anak-anak nakal atau malas. Realita zaman itu secara generalisasi juga berbicara bahwa anak-anak IPS kelihatan lebih “nakal” dan anak-anak IPA lebih “alim”. Tetapi kenyataan ini tidak bisa menjadikan satu kesimpulan bahwa IPS lebih bodoh dan lebih malas. Banyak anak IPS yang juga pandai bahkan definisi pandai juga tidak bisa hanya dibatasi pada IQ saja sebab di zaman ini ada istilah EQ juga ( Emotional Quotient ). Di zaman lalu yang dianggap bisa sukses adalah yang memiliki IQ tinggi. Di zaman sesudahnya, yang dianggap bisa sukses adalah yang memiliki EQ tinggi. Walaupun di zaman sekarang yang dianggap bisa sukses adalah yang memiliki SQ(Spiritual Quotient) tinggi.
Mengapa di Indonesia pada zaman 1990-an IPA dianggap lebih penting daripada IPS? Saya menganalisa karena di Indonesia mulai masuk zaman modern. Sebenarnya perkembangan zaman itu bergerak dari zaman primodern kemudian modern dan postmodern. Di zaman primodern adalah zaman sebelum teknologi dan penemuan-penemuan ilmiah. Pada zaman ini, kebanyakan masyarakat memiliki pandangan yang bersifat mitos. Kepercayaan animisme dan dinamisme masih banyak. Masyarakat juga banyak bergerak di bidang agraris atau pertanian. Kemudian setelah datangnya pandangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarat mulai masuk ke zaman modern. Pada zaman modern ini, semuanya mulai memakai rasio (IQ). Pada zaman modern ini, masyarakat mementingkan teknologi dan ilmu pengetahuan. Mesin-mesin dan pabrik-pabrik mulai banyak bermunculan. Masyarakat juga mulai bergerak di bidang industri. Bila kita mengingat modern maka kita harus mengingat abad pencerahan yang merupakan awal yang mengakibatkan zaman modern. Dan akhirnya di dunia Barat, zaman sudah bergeser ke zaman postmodern yaitu zaman setelah modern. Zaman ini adalah zaman yang dimulai dengan kekecewaan kepada modern yang mengagungkan teknologi dan ilmu pengetahuan tetapi ternyata banyak membawa kepada masalah sosial. Di zaman postmodern, yang banyak dipentingkan adalah masalah-masalah sosial dan kemanusiaan. Karena Indonesia adalah negara berkembang yang mulai memasuki modern maka yang banyak dipentingkan adalah : a. IQ,  b. Ilmu Pengetahuan Alam, c. Industri, d. Teknik. Karena itu IPA rasanya lebih cocok dan dibutuhkan pada masa itu. Menurut pandangan saya, inilah alasan masyarakat yang menganggap IPA lebih penting.
Pada saat itu di Indonesia, jurusan hukum kurang diminati orang, tetapi di negara maju seperti Amerika, Australia, jurusan hukum adalah salah satu jurusan yang paling top. Mengapa ? Sebab di dalam Negara yang maju, ilmu mengenai sosial dan kemanusiaan sangat penting. IPS adalah ilmu yang penting. Bahkan bahasa yang banyak dianggap sebagai jurusan yang tidak penting di Indonesia pada zaman dulu, sekarang bisa dianggap penting karena di dalam dunia globalisasi harus banyak berkomunikasi dengan banyak orang. Kalau kita selidiki lebih jauh, IPS merangsang IPA. IPS dan IPA ini saling berkaitan, karena itu tidak bisa menganggap IPS lebih inferior.
Kesimpulan saya adalah bahwa IPS adalah ilmu yang penting sekali, apalagi di dalam konteks zaman sekarang. IPS bukanlah ilmu yang tak berguna. IPS penting karena berkaitan dengan kemanusiaan dan kita adalah manusia, sedangkan IPA banyak berkaitan dengan alam. Alam dan manusia tentulah manusia yang lebih penting. Tetapi maksud saya bukan berarti IPS lebih tinggi dari IPA juga. Memang ada opini publik juga yang mengatakan bahwa orang-orang IPA yang pintar pada akhirnya akan dibayar oleh orang IPS yang bisa menggunakan orang-orang IPA tersebut. Orang-orang IPS yang akhirnya menjadi manager-manager yang mengaji orang IPA. Tetapi sesungguhnya pandangan ini juga bisa mengakibatkan kita menilai bahwa IPA lebih rendah daripada IPS. Ini tidak benar. Semua ilmu tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah. Semua ilmu adalah totalitas dan integrasi yang ada dalam diri manusia. Semua ilmu dari Tuhan dan yang berasal dari Tuhan adalah baik adanya. Ilmu berasal dari LOGOS atau Firman Tuhan. Ilmu adalah baik dan digunakan untuk kemuliaan Sang Pencipta dan untuk kepentingan manusia.
Jangan memandang rendah IPS. IPS itu penting apalagi di zaman sekarang dan jangan memandang rendah IPA. Semua ilmu adalah baik. Semua pekerjaan juga baik. Pekerjaan itu mulia, baik pekerjaan IPA atau IPS. (kecuali pekerja narkoba, penjual perempuan, teroris dan pekerjaan yang jahat lainnya). Pekerjaan itu mulia karena untuk kemuliaan Pencipta kita.
Komentar

Saya setuju dengan artikel dari Jeffrey Lim yang membahas kesalahan di masa lalu yang menganggap IPA lebih unggul daripada IPS dan penjelasan pentingnya IPS di zaman sekarang ini, juga tidak ada perbedaan ilmu yang lebih tinggi dan rendah (antara IPA dan IPS).
Menurut saya, memang terdapat perbedaan antara IPA dan IPS, misalnya IPA banyak berhubungan dengan teknologi, berhitung dan mengamati fenomena alam. IPA mempelajari ilmu pasti dan alam (eksakta). Menggunakan metode ilmiah yang mengutamakan percobaan-percobaan dan tes yang penuh logika. Jawaban dari soal adalah pasti dan tidak boleh diganggu gugat. Sedangkan IPS banyak berhubungan dengan masyarakat. IPS mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Mulai dari sosiologi, geografi, ekonomi, akuntansi dan sejarah. Pelajaran-pelajaran ini terus berkembang mengikuti perkembangan zaman.
Banyak peserta didik bingung untuk memilih IPA atau IPS. Memang penjurusan IPA dan IPS tujuan awalnya adalah memilih peserta didik yang berbakat dibidangnya, sehingga peserta didik dapat lebih terarah dalam belajar dan dalam pemilihan jurusan sewaktu kuliah, sehingga menghasilkan generasi yang kompeten di bidangnya.
Lalu seiring waktu berjalan, masyarakat dan pelajar mulai mengkotak-kotakkan jurusan tersebut. Kenyataan bahwa sampai saat ini, banyak anggapan orang-orang bahwa IPA derajatnya lebih tinggi daripada IPS. Anggapan ini seakan-akan menindas peserta didik IPS adalah peserta didik yang kurang pandai. Dan banyak pula yang beranggapan bahwa IPS cuma jurusan untuk “buangan” peserta didik yang tidak diterima di jurusan IPA.
Dengan munculnya sugesti seperti itu, masayarakat awam mulai terpengaruh, sehingga IPS semakin dihindari. Kesetaraan yang seharusnya ada pada antara IPA dan IPS malah terlihat kesenjangan diantaranya. IPA selalu terlihat lebih dibanggakan ketimbang IPS.
Pendidikan di Indonesia memang masih membingungkan, di satu sisi kita harus menjalankan sistem yang sudah ada, di sisi lain sistem tersebut ternyata menimbulkan kontroversi di dalam dunia pendidikan itu sendiri, salah satunya penjurusan IPA dan IPS. Tujuan awal yang ingin dicapai yaitu menjadikan pendidikan peserta didik lebih terarah malah menyebabkan pengkotak-kotakan jurusan menjadi jurusan yang baik dan jurusan yang buruk.
Maka, menurut saya sudah selayaknya badan resmi yang mengatur pendidikan untuk melakukan resosialisasi atau penyosialisasian ulang mengenai jurusan-jurasan tersebut, dimana perlu disertai dengan desosialisasi (proses pencabutan dari apa yang telah dimiliki oleh individu seperti nilai dan norma) terlebih dahulu. Nilai dalam masalah ini adalah pengkotak-kotakan jurusan, sedangkan normanya merupakan sesuatu yang tidak tertulis berupa anggapan bahwa jurusan IPA lebih di unggulkan daripada jurusan IPS.
Tujuan desosialisasi yaitu “mencabut” nilai dan norma lama dengan nilai dan norma yang baru. Nilai baru dapat berupa tidak adanya pengkotak-kotakan jurusan. Sedangkan norma baru dapat berupa anggapan bahwa tidak ada jurusan yang lebih baik, semuanya baik, tergantung dari niat, kemampuan, dan usaha dari peserta didik untuk mengikuti jurusan yang dikehendakinya.
Memang perlu adanya usaha dari semua pihak di bidang pendidikan dan masyarakat terutama orang tua peserta didik untuk mendukung proses perubahan ini. Namun seiring berjalannya waktu, saya yakin bahwa proses perubahan ini dapat terwujud jika pihak-pihak yang terlibat tetap konsisten terhadap penanganan masalah ini. Masalah IPA dan IPS akan menjadi dilema yang terus menghantui peserta didik, sehingga dapat mempengaruhi perkembangan psikologis peserta didik. Maka sebagai guru kita harus melakukan perubahan terhadap masalah ini.
Kesuksesan bukan ditinjau dari pemilihan IPA dan IPS, namun ditinjau dari niat, minat dan kemampuan dari peserta didik tersebut untuk belajar, sehingga bukan IPA saja yang akan sukses tapi IPS pun dapat berpotensi untuk sukses.
Maka, sebaiknya kita jangan merendahkan IPS, karena memang IPS sangat penting apalagi pada zaman sekarang ini. Banyak lulusan IPS menjadi orang sukses pada zaman sekarang ini..Tapi bukan berarti kita merendahkan IPA. IPA dan IPS sama tergantung dari individu masing-masing. Karena pada dasarnya IPA dan IPS itu baik, tinggal bagaimana kita menjalaninya dan menerapkannya dalam masyarakat. Karena tujuan kita belajar adalah menerapkan ilmu dan kemampuan kita dibidangnya untuk masyarakat.
Jadi, kita tidak perlu membandingkan antara IPA dan IPS. Sebagai guru, kita dapat memfasilitasi dan memotivasi peserta didik untuk mengembangkan diri terus menerus sejak dini. Mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap individu masing-masing dan memberikan semangat terhadap peserta didik untuk belajar sejak dini. Sebagai guru, kita harus membimbing agar tidak ada lagi perbedaan antara IPA dan IPS. IPA dan IPS itu sama, karena semua ilmu itu baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar